Hidup kita memang berlanjut seperti biasanya, aku di sini yang berusaha menerima keadaan yang sudah di putuskan dan kamupun sebaliknya yang sudah lebih dulu mendapat pengganti ku. Luka hati tidak begitu cepat berhasil ditutupi dengan ke-tangguhanku untuk bertahan sendiri. Aku pun melupakannya belum begitu lama, sampai alasan-alasan mengapa aku harus melupakanmu sudah aku lupakan pula. Namun sejak hubungan terakhir kita menemui kegagalan ituh, mungkin saat ini hatiku belum bisa terbuka untuk menjalin cerita dengan manusia yang lainnya. Hatiku masih terlalu sakit untuk percaya bahwa hubungan cinta yang tulus dan menggenapi mustahil untuk dijalani.
Entah sampai kapan aku harus menutup pintu hati ini. Begitu berat untuk mengakui bahwa aku yang terbilang mandiri bisa tergerus sepi.
Mungkin aku bukan orang pertama yang terluka karena cinta. Tapi kali inilah yang tersakit yang pernah ku rasakan.
Bisa jadi hingga kini, aku masih menutup pintu hati karena takut terluka untuk kedua kali.
Aku pernah begitu percaya bahwa hubungan terakhir kita itu akan berlangsung selamanya. Jika ada yang bertanya siapa yang pernah paling dalam kamu cinta, aku pun takkan ragu melafalkan namamu dengan senyum malu-malu dan tertawa kecil. Itulah mengapa perpisahanku denganmu kali ini begitu membekas dan menyisakan trauma.
Bukan hal mudah untuk kembali membuka hati untuk luka yang terahir ini. Mungkin juga setelah perpisahan terahkir kita aku menutup pintu cinta ini dan menolak cinta lainnya yang ada di sekitarku. Mungkin aku pun akan berpura-pura tidak tahu ketika seseorang berusaha mendekatiku. Bukan karena tak tertarik pada mereka. Namun karena aku pernah tahu rasanya begitu mencintai, dan betapa dalam luka yang akan ditimbulkan jika hubungan cinta itu harus gagal kembali. Aku menolak bukan karena naif, atau apapun. Aku hanya takut jatuh dan luka untuk yang kedua kali.
Aku tau, hatiku justru akan bertambah luka jika aku menolak dia yang sebenarnya mampu membuatku bahagia
Di antara mereka yang pernah menaruh perhatian padaku, mungkin aku akan berpura-pura tidak pernah berpikir bahwa ada yang sebenarnya bisa membahagiakanku, yang punya kesempatan untuk mewujudkannya karena aku terlebih dahulu membanting pintu tepat di depan mereka. Akhirnya, dia yang sempat tulus peduli tak punya pilihan lagi selain menunduk pergi, pulang ke rumah dan menyerah kalah.
Mungkin aku juga belum tau berapa banyak orang yang harus menjadi korban dari sakit hatiku yang terahir ini. Walau mungkin akan ada seseorang di sana yang pernah selalu memikirkan kebaikanku. Yang berusaha meringankan hariku dengan sapaan manis atau cerita lucu. Yang bersedia memberikan nyaris apa saja, seandainya aku memintanya. Sampai dia menyerah dan mengangkat kedua tangannya. Menunggu terlalu lama dan membuat hatinya luka-luka.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletetrauma berkelanjutaan gue jugaa pernah ngalamin yg sama ampe capek buat nangis trs tp kita harus percaya obat nya terluka karna jatuh cinta yaaa jatuh cinta lagi๐
ReplyDelete