Pentingnya Mengajari Anak Mengantri
Salahsatu peristiwa/situasi yang sulit di
temui di Indonesia di berbagai daerah dan di berbagai tempat adalah
mengantri dengan tertib. Setiap ada antrian maka bisa dipastikan sangat
tidak tertib, saling merangsek dan mendorong, belum lagi yang suka
menyela dan menyerobot antrian orang lain. Bagi mereka yang telah
mengantri untuk beberapa lama namun terpaksa harus ke toilet, terpaksa
akan kehilangan hak antriannya karena diambil orang lain, walaupun telah
lama mengantri dan terpaksa harus mulai lagi dari paling belakang. Bila
ingin coba-coba kembali ke tempatnya semula, maka kemungkinan besar
akan mendapat penolakan dari para pengantri lainnya. Jadi, bila hendak
mengantri harus dapat menahan hasrat ke toilet. Dalam proses mengantri
tersebut tidak jarang terjadi keributan dan kericuhan. Dari golongan
elit hingga golongan ekonomi sulit, mengantri seolah menjadi momok. Dari
antri tiket, antri busway hingga antri zakat selalu saja terjadi
kericuhan dan keributan.
Mengajarkan anak mengantri
bukanlah perkara yang mudah apalagi bila lingkungan sekitar tidak
menunjukkan contoh mengantri yang tertib. Cara terbaik mengajarkan
mengantri adalah orang tua/keluarga yang langsung mencontohkannya baik
di rumah maupun di tempat-tempat umum. Teladan mengantri yang baik dari
orang tua/keluarga akan selalu terekam dalam memori anak-anak karena
sangat berkesan dan selalu terjadi dalam kehidupannya sehari-hari.
Hikmah dan pelajaran yang didapatkan anak dalam belajaran mengantri, antara lain:
1.
Anak belajar sabar sehingga bisa mengendalikan emosi dan keinginannya,
bila belum waktunya maka harus menunggu sampai tiba gilirannya.
2.
Anak belajar menghormati hak orang lain. Mereka yang datang duluan
berhak mendapat giliran lebih dulu sehingga tidak semena-mena apalagi
mengambil milik orang lain.
3. Anak belajar
konsekuensi dari perbuatan. Bila ingin mendapat giliran lebih dulu maka
harus datang lebih dulu, oleh karena itu harus bangun lebih pagi,
bersiap lebih cepat sehingga bisa sampai lebih dulu dari orang lain.
4.
Anak belajar mengatur waktu. Agar tidak terlambat maka anak-anak akan
mengatur waktunya sebaik dan seefisien mungkin agar bisa mendapatkan
antrian tidak paling belakang, misalnya mandi tidak lama-lama, tidur
tidak terlalu larut agar bisa bangun bagi dan sebagainya.
5.
Anak menjadi berpikir untuk melakukan sesuatu selama mengantri seperti
menghapal pelajaran, membaca buku, browsing internet, bahkan bermain
game pun tidak apa.
6. Anak belajar bersosialisasi
dan berkomunikasi dengan orang lain yang juga ikut mengantri. Misalnya
saat anak-anak hendak ke toilet, ia bisa memberitahukan pada mereka yang
ada di depan atau yang mengantri di belakangnya dan juga kepada petugas
yang menjaga, bahwa ia cuma sebentar ke toilet dan apakah boleh kembali
lagi ke nomor antrian yang sama.
7. Anak belajar
disiplin, tertib, rapi dan sopan karena dalam mengantri tidak perlu
mendorong-dorong sebab setiap orang pasti akan mendapatkan gilirannya.
8.
Anak dapat belajar rasa malu karena kadang kala ada orang-orang yang
menyerobot antrian orang lain yang akan membawa keributan/kericuhan
sehingga hal ini menjadi pelajaran berharga bagi anak.
9.
Anak belajar berani, jika ada yang menyerobot antriannya atau antrian
orang lain, anak dapat mencoba menegurnya karena hal tersebut merugikan
orang lain.
Masih banyak lagi manfaat yang bisa
didapatkan anak dalam proses belajar mengantri. Dalam pelajaran
mengantri terselip pelajaran etika dan moral yang sangat luhur dan
bermanfaat bagi sesama bahkan bisa jadi menjadi modal penting dalam
kemajuan suatu bangsa. Kebiasaan mengantri sedari kecil akan terpatri di
hati dan pikiran anak sehingga kelak akan terbiasa saat mulai beranjak
besar hingga dewasa dan mandiri. Makin banyak anak-anak di negara ini
yang terbiasa antri maka masa depan negara ini akan lebih teratur,
tertib, saling menghormati dan bertoleransi, tidak suka mengambil hak
orang lain apalagi korupsi. Mengajari anak mengantri sejak dini
sepertinya lebih penting daripada mengajari mereka matematika atau
keterampilan lainnya. Anak-anak dapat dengan cepat belajar matematika
dan pelajaran lainnya dengan belajar intensif disertai peralatan lengkap
dan didampingi guru yang berkompeten, namun belajar mengantri perlu
waktu lama dan pembiasaan yang rutin. Bila tidak terbiasa mengantri maka
anak-anak kita bisa jadi di masa depan akan menjadi pribadi yang egois
dan mementingkan diri sendiri sehingga tak segan melakukan tindakan yang
merugikan orang lain bahkan merugikan negara ini.
Sudahkan kita sebagai orang tua, sebagai
kakek/nenek, sebagai paman/bibi, sebagai kakak, sebagai tetangga dan
lain sebagainya, memberi contoh yang baik pada anak-anak kita,
adik kita dan anak-anak di sekitar kita bagaimana mengantri dengan
tertib dan teratur?